Jakarta, IAIN Kerinci - Setahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka menjadi momentum penting bagi Kementerian Agama (Kemenag) untuk menghadirkan wajah kehidupan beragama yang lebih inklusif, produktif, dan menyejahterakan.
Di bawah kepemimpinan Menteri Agama Prof. Dr. Nasaruddin Umar, M.A., Kemenag meneguhkan komitmennya untuk menerjemahkan Asta Cita ke dalam langkah nyata: menjaga kerukunan sebagai prasyarat pembangunan, memperkuat pendidikan keagamaan, dan meningkatkan kesejahteraan guru serta dosen pendidikan agama dan keagamaan.
“Asta Cita bukan sekadar rencana politik, tapi arah moral bangsa. Di Kementerian Agama, kami terus berupaya agar nilai agama tidak berhenti di mimbar, tetapi hidup dalam kebijakan yang memuliakan manusia,” ujar Menag Nasaruddin Umar, dalam refleksi satu tahun perjalanan Kemenag mengawal Asta Cita, di Jakarta, Selasa (21/10/2025).
Menjaga Kerukunan untuk Pembangunan
Menjaga dan merawat kerukunan menjadi fondasi utama kerja Kemenag dalam mengawal Asta Cita Presiden — terutama Cita ke-8 yang menekankan pentingnya harmoni sosial, toleransi, dan kehidupan beragama yang damai.
Melalui sistem dan program konkret seperti aplikasi Si-Rukun (Early Warning System), potensi konflik keagamaan kini bisa dideteksi sejak dini. Para penyuluh agama menjadi garda terdepan yang aktif melakukan deteksi dini dan resolusi konflik di daerah.
Capaian ini juga tercermin dalam survei Poltracking Indonesia yang menempatkan “menjaga kerukunan antarumat beragama” sebagai keberhasilan tertinggi pemerintahan Prabowo–Gibran, dengan tingkat kepuasan publik mencapai 86,7%.
Dalam konteks ini, Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci, Dr. Jafar Ahmad, S.Ag., M.Si., menilai bahwa program penguatan kerukunan umat beragama yang diinisiasi Kemenag menjadi langkah strategis yang selaras dengan misi akademik perguruan tinggi keagamaan Islam negeri.
“Kerukunan dan toleransi bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab dunia akademik. Di IAIN Kerinci, kami berkomitmen menjadikan moderasi beragama sebagai budaya kampus, bukan sekadar wacana,” tutur Dr. Jafar Ahmad.
“Melalui pendidikan, riset, dan pengabdian masyarakat, kami ingin membumikan semangat Asta Cita agar mahasiswa tumbuh sebagai kader intelektual yang membawa damai di tengah keberagaman,” lanjutnya.
IAIN Kerinci saat ini aktif mengembangkan Forum Moderasi Beragama Mahasiswa, Kuliah Lapangan Toleransi Lintas Agama, serta Riset Moderasi Berbasis Kearifan Lokal Kerinci yang bekerja sama dengan FKUB dan Kemenag Kabupaten Kerinci. Program-program ini menjadi bagian dari upaya kampus untuk memperkuat harmoni sosial dan spiritual di wilayah barat Sumatera.
Menyukseskan MBG dan CKG
Dalam semangat Asta Cita yang menekankan pemerataan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, Kemenag juga turut menyukseskan pelaksanaan dua program nasional: Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Cek Kesehatan Gratis (CKG).
Hingga kini, tercatat 1.373.761 siswa madrasah dan 337.442 santri pesantren telah menikmati manfaat MBG, serta lebih dari 12,5 juta siswa lintas agama menerima layanan CKG.
“Program ini menunjukkan bahwa keberpihakan Kemenag melintasi batas agama dan lembaga. Nilai-nilai keagamaan harus diwujudkan dalam kebijakan publik yang menyejahterakan semua umat,” ujar Rektor IAIN Kerinci.
“Di tingkat kampus, kami juga menerapkan prinsip serupa melalui program kesehatan mahasiswa dan pembinaan gizi santri ma’had, agar pendidikan dan kesejahteraan berjalan seiring,” tambahnya.
Menyejahterakan Pendidik dan Dosen Keagamaan
Peningkatan kesejahteraan guru dan dosen menjadi salah satu capaian penting Kemenag pada tahun pertama pemerintahan Prabowo - Gibran. Tunjangan profesi guru non-PNS dinaikkan dari Rp1,5 juta menjadi Rp2 juta per bulan, dan lebih dari 206.000 guru mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) tahun ini.
Rektor IAIN Kerinci menegaskan bahwa kebijakan tersebut menjadi bukti keberpihakan nyata terhadap tenaga pendidik agama.iya menjelaskan Guru dan dosen adalah ruh pendidikan keagamaan. Ketika mereka sejahtera, maka pendidikan agama akan bermartabat, dan generasi bangsa akan berkarakter.
“IAIN Kerinci juga menjadi bagian dari program PPG Nasional Kemenag. Melalui pelatihan kompetensi guru PAI dan madrasah, kami berperan aktif meningkatkan mutu pendidik di daerah Jambi dan sekitarnya,” ujarnya.
Selain itu, IAIN Kerinci juga mendukung program Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) dan Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) bagi mahasiswa berprestasi di daerah 3T, sebagai wujud nyata keberpihakan terhadap akses pendidikan tinggi keagamaan.
Ekoteologi dan Kampus Hijau
Mendukung Asta Cita poin kedua tentang kemandirian ekonomi hijau, Kemenag menggagas gerakan ekoteologi nasional - integrasi antara spiritualitas, kesadaran lingkungan, dan pembangunan berkelanjutan.
Rektor IAIN Kerinci menyebut bahwa konsep tersebut telah lebih dulu diimplementasikan dalam Program Kampus Hijau IAIN Kerinci yang berbasis nilai-nilai Al-Qur’an. di IAIN Kerinci menafsirkan ekoteologi sebagai tanggung jawab iman terhadap alam. Keimanan tidak berhenti di doa, tetapi diwujudkan dalam aksi menjaga bumi.
“Melalui kegiatan penanaman pohon, bank sampah kampus, hingga riset tafsir ekologi, kami ikut menguatkan gerakan hijau yang sejalan dengan program Kemenag dan Asta Cita nasional,” tambahnya.
Kemenag sendiri telah menanam lebih dari satu juta pohon, membangun 13 KUA berbasis green building, serta menggagas 40 hektare Hutan Wakaf Produktif di berbagai provinsi.
Membumikan Nilai Keagamaan
Menutup refleksi setahun perjalanan, Menag Nasaruddin Umar menegaskan bahwa keberhasilan Kemenag bukan hanya diukur dari program yang selesai, tetapi dari nilai agama yang benar-benar menjadi napas kebijakan publik.
“Agama tidak boleh berhenti di mimbar. Agama harus mewujud dalam kebijakan yang menyejahterakan, mendidik, dan memuliakan manusia. Inilah semangat Asta Cita yang kami kawal dengan sepenuh hati,” tegas Menag.
Rektor IAIN Kerinci turut memperkuat pesan tersebut dengan pandangan reflektif, iya melihat semangat Asta Cita sebagai panggilan moral bagi seluruh civitas akademika. Pendidikan Islam harus menjadi sumber nilai yang menuntun bangsa menuju kesejahteraan, keadilan, dan keberlanjutan.
“IAIN Kerinci siap menjadi laboratorium kebijakan publik berbasis nilai-nilai agama - tempat ilmu, iman, dan amal sosial berpadu untuk kemajuan bangsa,” pungkasnya.
Riki - PUSAT MEDIA DAN PROMOSI ©2025 IAIN Kerinci
- Log in to post comments
