Rektor IAIN Kerinci: Prof. Nasaruddin Umar Layak Terima Nobel Perdamaian

Rektor IAIN Kerinci: Prof. Nasaruddin Umar Layak Terima Nobel Perdamaian

SUNGAI PENUH — Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci, Dr. Jafar Ahmad, S.Ag., M.Si., menyampaikan apresiasi dan dukungan terhadap kiprah Prof. Dr. Nasaruddin Umar, M.A., yang kini menjabat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia, dan dinilai layak diusulkan sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian.

Menurut Rektor, kiprah Prof. Nasaruddin Umar sebagai tokoh lintas agama dunia telah memberi inspirasi besar bagi perguruan tinggi keagamaan Islam di Indonesia, termasuk IAIN Kerinci, dalam memperkuat nilai moderasi beragama dan dialog kemanusiaan lintas iman.

“Prof. Nasaruddin Umar adalah teladan ulama intelektual yang mengangkat Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Gagasan dan kiprah beliau sejalan dengan semangat akademik kita di IAIN Kerinci dalam membangun masyarakat religius yang damai, terbuka, dan berkeadaban,” ujar Dr. Jafar Ahmad di Sungai Penuh, Selasa (28/10).

Rektor menambahkan, semangat Prof. Nasaruddin Umar menjadi inspirasi bagi sivitas akademika untuk terus menumbuhkan tradisi keilmuan yang berpihak pada nilai kemanusiaan dan perdamaian.

“Beliau bukan hanya tokoh agama, tapi juga diplomat spiritual yang membawa pesan damai dari Indonesia untuk dunia. Sudah selayaknya kiprah beliau mendapat pengakuan internasional,” tambahnya.

Nama Prof. Dr. Nasaruddin Umar, M.A., kian melambung sebagai salah satu tokoh lintas agama dunia yang berpengaruh dalam membangun jembatan perdamaian global. Kiprahnya yang melintasi batas agama, bangsa, dan budaya menjadikannya layak diusulkan sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian, penghargaan tertinggi bagi mereka yang mendedikasikan hidup bagi kemanusiaan dan harmoni dunia.

Sebagai Cendekiawan Muslim Global, Nasaruddin Umar menempatkan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin dalam konteks peradaban modern. Gagasannya tentang Islam yang moderat, ramah, dan berdialog terus digaungkan melalui forum-forum internasional, termasuk di Vatikan, Universitas Al-Azhar Mesir, hingga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ia dikenal sebagai ulama yang menjembatani dialog lintas iman, bukan hanya melalui wacana normatif, tetapi juga melalui tindakan nyata dan pertemanan spiritual.

Sebagai Tokoh Lintas Agama Dunia, Nasaruddin Umar sering diundang dalam pertemuan pemimpin agama sedunia, termasuk Forum Daring Peace di Vatikan yang diselenggarakan Komunitas Sant’Egidio. Di hadapan para kardinal, uskup, dan imam besar dunia, ia menegaskan bahwa “persaudaraan tidak mengenal batas agama.” Sikap rendah hati dan penuh cinta kasih yang ia tunjukkan—termasuk dalam pertemuannya dengan Paus Fransiskus—menjadi simbol konkret bahwa kemanusiaan dapat mengalahkan sekat teologis.

Sebagai Intelektual Global, ia tak hanya dikenal karena pandangan teologisnya yang moderat, tetapi juga karena karya akademiknya yang mendalam. Buku-bukunya tentang gender, tafsir, dan perdamaian menjadi rujukan di berbagai universitas dunia. Sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar menjadikan masjid kebanggaan bangsa itu sebagai pusat peradaban inklusif—tempat berkumpulnya pemimpin lintas iman, diplomat, dan akademisi dari seluruh dunia.

Kiprahnya menjadikannya Tokoh Pemersatu Pimpinan Agama Global, terutama setelah sukses menginisiasi Deklarasi Istiqlal pada kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia tahun 2024. Deklarasi itu menandai kesepahaman antaragama di Indonesia sebagai model harmoni dunia—sebuah warisan diplomasi spiritual yang diakui dunia internasional.

Dalam konteks ini, pemikiran global Nasaruddin Umar menegaskan bahwa agama harus menjadi energi perdamaian, bukan sumber konflik. Ia memandang bahwa dunia tidak butuh dominasi agama tertentu, tetapi sinergi spiritual untuk memperkuat kemanusiaan universal.

Dengan seluruh kiprah tersebut, Nasaruddin Umar pantas diusulkan sebagai penerima Nobel Perdamaian. Ia bukan hanya sosok religius, tetapi juga diplomat moral yang menyuarakan kedamaian dari Timur untuk dunia. Dari Jakarta hingga Vatikan, dari Al-Azhar hingga New York, pesan damainya selalu sama: bahwa cinta kasih, persaudaraan, dan kemanusiaan adalah bahasa universal umat manusia.

Rektor IAIN Kerinci menegaskan bahwa perjuangan Prof. Nasaruddin Umar menjadi inspirasi besar bagi dunia pendidikan Islam di Indonesia.

“IAIN Kerinci berkomitmen untuk terus menanamkan nilai moderasi beragama seperti yang beliau teladankan. Kekuatan ilmu, iman, dan dialog adalah fondasi perdamaian yang sesungguhnya,” tutup Dr. Jafar Ahmad.

Melalui keteladanan dan dedikasinya, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, M.A., telah menjadikan nilai-nilai Islam universal sebagai energi perdamaian global. Dukungan dari berbagai kalangan, termasuk dari Rektor IAIN Kerinci, menunjukkan bahwa perjuangan beliau telah menembus batas geografis dan teologis.

Kiprah Nasaruddin Umar menjadi bukti bahwa Islam Indonesia mampu memberikan kontribusi nyata bagi peradaban dunia. Dari Masjid Istiqlal di Jakarta hingga forum-forum global di Vatikan dan PBB, pesan yang dibawa tetap sama: agama adalah kekuatan cinta kasih dan kemanusiaan universal.

 

Riki - PUSAT MEDIA DAN PROMOSI ©2025 IAIN Kerinci